Ketegangan di Laut China Selatan (LCS) semakin meningkat setelah China melakukan simulasi perang di dekat Taiwan, hanya beberapa saat setelah Taiwan mengalami pergantian kepemimpinan. Peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik bersenjata, yang dapat mengganggu kelancaran rantai pasok pangan dan perdagangan, terutama melalui jalur lintas laut Indonesia seperti Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
Di bawah kepemimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Dalam menghadapi situasi ini, Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan diplomasi cerdas dan memperkuat keamanan di wilayah LCS.
Prabowo Subianto, yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, telah berkomitmen untuk memperkuat kerja sama di bidang pertahanan dan militer dengan China. Saat berkunjung ke China pada awal April, Prabowo menyatakan niatnya untuk memperkuat kerja sama pendidikan dan latihan militer bersama dengan China. Hal ini menunjukkan upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan negara tetangga di tengah rivalitas geopolitik global.
Namun demikian, pengamat-pengamat menyoroti perlunya Indonesia untuk meningkatkan keamanan di LCS. Salah satu pengamat, Sya’roni Rofii dari Universitas Indonesia, menekankan pentingnya memperkuat armada laut di wilayah dekat LCS. Tujuannya adalah untuk memastikan kelancaran aktivitas ekonomi, baik oleh nelayan maupun pelaku ekonomi lainnya, tanpa gangguan dari luar.