Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida baru-baru ini menyerukan upaya global untuk mencapai perdamaian abadi di Ukraina, tempat Rusia melakukan operasi militer khusus selama lebih dari dua tahun. Dalam pidatonya pada KTT perdamaian internasional Ukraina yang diadakan di resor Burgenstock di Swiss, Kishida menekankan bahwa segala upaya sepihak untuk mengubah status quo melalui kekerasan atau paksaan tidak dapat dibenarkan.
Pertemuan tersebut, yang dihadiri oleh lebih dari 90 negara dan organisasi internasional, tidak termasuk Rusia dan Tiongkok, dimana Tokyo menawarkan dukungan non-militer kepada Ukraina. Jepang, sebagai sekutu Barat, menyatakan komitmennya untuk membantu rekonstruksi negara yang dilanda perang tersebut, termasuk meningkatkan pasokan listrik dan membersihkan ranjau darat.
Secara historis, konflik di Ukraina dimulai pada tahun 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea dan mendukung gerakan separatis di Ukraina timur. Operasi militer yang sedang berlangsung oleh Rusia telah menyebabkan krisis kemanusiaan dengan ribuan korban jiwa dan pengungsi. Komunitas internasional, termasuk Jepang, telah terlibat aktif dalam mengupayakan penyelesaian damai atas konflik tersebut.
Dalam pidatonya, seruan Kishida terhadap upaya global untuk mencapai perdamaian di Ukraina mencerminkan komitmen Jepang untuk menegakkan hukum internasional dan mendorong stabilitas di kawasan. Dengan mengutuk tindakan sepihak dan menganjurkan diplomasi multilateral, Kishida menyoroti pentingnya menghormati kedaulatan dan integritas wilayah.