Sebuah perusahaan di Korea Selatan (Korsel) menawarkan bonus sebesar USD75.000 setiap kali pekerjanya memiliki bayi. Langkah ini diambil untuk mengatasi krisis populasi di negara tersebut. Chairman Booyoung Group, Lee Joong-keun, menyatakan bahwa jika angka kelahiran tetap rendah, Korea Selatan akan menghadapi kepunahan. Tingkat kesuburan di negara tersebut terus menurun, dengan rata-rata jumlah bayi per wanita turun menjadi 0,72 dari 0,78 tahun sebelumnya.
Perubahan masyarakat seperti pandangan terhadap pernikahan dan kehidupan berkeluarga, tekanan ekonomi, ketakutan akan kehilangan pekerjaan, dan tren hidup sendiri menjadi faktor utama penyebab penurunan angka kelahiran. Presiden Korsel, Yoon Suk Yeol, telah mengalokasikan dana sebesar USD200 miliar selama 16 tahun untuk mendukung ibu baru. Mulai tahun ini, tunjangan untuk rumah tangga yang memiliki bayi telah ditingkatkan menjadi USD750.
Perusahaan seperti Booyoung memberikan kontribusi penting dalam upaya nasional untuk meningkatkan angka kelahiran. Lee berharap perusahaannya diakui sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi masalah ini. Seorang juru bicara Booyoung menyatakan bahwa manfaat tersebut tersedia untuk pekerja perempuan dan laki-laki.
Presiden Yoon menyatakan bahwa masalah angka kelahiran yang rendah memerlukan penanganan serius dan pemikiran menyeluruh untuk menemukan solusinya. Kelangkaan bayi telah mempercepat kesengsaraan demografi Korea Selatan, dengan penurunan populasi selama empat tahun berturut-turut.